BPOM terus melakukan pengawasan dari peredaran produk keempat produk yang diduga menyebabkan kasus ginjal misterius pada anak yang berujung kematian.
Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengumumkan sejumlah gejala yang umum dialami pasien gangguan ginjal akut misterius yang diderita anak di Indonesia.
Gejala pertama adalah perubahan frekuensi jumlah dan warna urine pada anak yang berubah menjadi lebih sedikit dan gelap.
Selain itu, IDAI menyebut kasus ginjal misterius pada anak ini akan membuat produksi urine berkurang kurang dari 0,5 ml/kg/jam pada anak dan bayi.
Orang tua perlu waspada jika buah hati tidak mengeluarkan urine sama sekali selama 6 sampai 8 jam saat siang hari.
Terkait kasus ginjal misterius pada anak, Kemenkes tengah meneliti keterkaitan sejumlah virus dan bakteri.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu mengungkap jika pihaknya telah membentuk tim khusus untuk mencari penyebab kasus ginjal misterius pada anak.
"Tim kami sudah dibentuk, Kemenkes selalu meng-'update' perkembangan atas pengamatan surveilans dan dicari penyebabnya dengan penyelidikan epidemiologi," ujarnya.
Selain itu, tim khusus dari Kemenkes ini akan melakukan penelitian terhadap pengaruh virus influenza hingga adenovirus pada pasien ginjal akut misterius pada anak.