Perang Rusia Ukraina Diduga Picu Perang Dunia 3 hingga Serangan Nuklir, Pengamat Militer Beri Peringatan Keras

- 7 Maret 2022, 20:00 WIB
 Pengamat militer Connie Rakhudini Bakrie saat wawancara di YouTube channel Deddy Corbuzier.
Pengamat militer Connie Rakhudini Bakrie saat wawancara di YouTube channel Deddy Corbuzier. /Tangkapan layar YouTube Deddy Corbuzier/

MAPAY BANDUNG - Perang Rusia Ukraina kian memanas. Setelah memasuki hari ke-12, invasi yang dilakukan militer Rusia kian gencar.

Hampir sebagian besar kantong-kantong militer milik Ukraina, di bombardir oleh pasukan Rusia.

Terbaru, bandara sipil di Vinnytsia, Ukraina tengah luluh lantak akibat serangan rudal pasukan Vladimir Putin.

Lantas, akankah perang Rusia Ukraina memicu perang dunia 3?

Baca Juga: Vladimir Putin Izinkan Operasi Militer Khusus, Perang Rusia-Ukraina Dimulai

Mungkinkah nuklir Rusia bernama Tsar Bomba akan menghantam dataran Eropa?

Seorang akademikus dan pengamat bidang militer dan pertahanan keamanan bernama Connie Rahakundini Bakrie, memberikan pandangannya terkait konflik tersebut.

Connie tak memandang adanya potensi perang dunia 3 dari konflik Rusia dan Ukraina.

“Saya tidak melihat ini akan menjadi jauh,” terangya, dikutip MapayBandung.com dari kanal YouTube Helmy Yahya Bicara, Senin 7 Maret 2022.

Baca Juga: Rusia Nyatakan Serang Ukraina, Joe Biden Gelar Pertemuan Darurat

Bahkan Connie tak menemukan satupun alasan yang mengarah pada perang dunia 3.

“Bicara soal perang dunia 3, not really menurut saya,” tambahnya.

Alasannya, karena Rusia hanya memberi pelajaran bagi Amerika dan Nato.

“Alasan Rusia serang Ukraina, karena Rusia ingin memberi pelajaran pada Amerika dan Nato,” lanjutnya.

Sebab, Rusia menilai jika dunia tidak boleh dikendalikan oleh satu kelompok saja.

Baca Juga: Rayan Oram, Bocah 5 Tahun Asal Maroko Ditemukan Tewas Setelah 5 Hari Berada di Dasar Sumur

Sedangkan kini, Amerika dan Barat bersikap seolah raja yang mengatur segala persoalan dunia.

“Dunia tidak boleh di run oleh satu orang, kelompok, atau negara saja,” ujar wanita berambut pendek tersebut.

Maka, Rusia merasa perlu melakukan serangan itu agar Amerika dan Barat tak terlalu sewenang-wenang.

Namun, ada persoalan lain dibalik konflik di belahan Eropa Timur yang kini kian memanas.

Baca Juga: Tak Banyak Diketahui, 7 Minuman Alami iIni Ampuh Turunkan Kolestrol Tinggi, Hampir Semuanya Enak Pula

Menurut Connie, sejatinya konflik Ukraina telah berlangsung sejak lama.

Pada tahun 2008, Nato telah mengundang Georgia dan Ukraina untuk bergabung.

Hal ini tentu membuat Rusia merasa geram.

Pasalnya, Ukraina merupakan negara terakhir yang membatasi Rusia dengan negara-negara Nato.

Baca Juga: Alami Hal Ini? Jangan Dianggap Sepele, Tanda Itu Adalah Gejala Awal Stroke Kata dr. Saddam Ismail

Jadi bila Ukraina bergabung bersama Nato, hal itu bakal menjadi ancaman bagi Rusia.

Selain metakan konflik Rusia Ukraina, Connie juga mengatakan bahwa kita harus belajar banyak dari kasusu tersebut.

Sebab, konflik yang terjadi di belahan Eropa Timur, memiliki kemiripan gejolak dengan Indonesia dari sisi geografis.

“Kita harus belajar banyak dari kasus Ukraina. Karena Indonesia sama posisinya,” terangnya.

Baca Juga: dr. Ema Ungkap 13 Tanda Gejala Diabetes Pada Kaki, Nomor 5 dan 6 Sering Dianggap Sepele

Ukraina sendiri telah dilanda perbedaan geografis antara wilayah timur dan barat.

Di sisi timur, masyarakat Ukraina lebih merasa dirinya bagian dari Rusia.

Sedangkan di sisi barat, masyarakat menganggap jika mereka adalah Eropa.

Baca Juga: Rasakan Hal Ini? Jangan Dianggap Sepele, Bisa Jadi Gejala Awal Stroke Kata dr. Saddam Ismail

“Di timur orang-orangnya merasa lebih Rusia, sedangkan dibarat mereka menganggap jadi bagian dari Eropa,” tutur Connie.

Serupa dengan Indonesia, masyarakat di barat dan timur memiliki rasa dan perbedaan yang cukup mencolok.

Untungnya Presiden pertama kita Ir Soekarno berhasil menyatukan perbedaan, menggunakan bahasa yang sama.***

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x