Lebih lanjut BRIN akan melakukan rekonstruksi dan investigasi badai Tornado di Rancaekek.
"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini 21 Februari 2024. Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai Tornado pertama ini," lanjut dia.
Analisa BMKG
Sementara itu Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu menyebutkan kejadian di Rancaekek bisa disebutkan dengan bencana angin puting beliung.
Hal itu kat Teguh Rahayu dilihat dari sebaran dampak yang hanya berkisar 3-4 KM.
Baca Juga: Pekerja Pabrik Alami Cedera Kepala hingga Kaki Cukup Serius Akibat Tertimpa Tembok di Rancaekek
"Puting beliung itu small Tornado. Jadi kalau orang kita itu menyebut puting beliung. Bedanya kalau Tornado kecepatan relatif tinggi lebih dari 70 km per jam. Kalau small Tornado di bawah 70 km per jam. Begitu juga dampaknya efek tornado besar bisa di atas 10 km dan lebih luas lagi. Kalau puting beliung 3-5 km. Kemarin dampak yang terjadi itu antara 3-4 km," ujarnya saat on air di Radio PRFM, Kamis 22 Februari 2024.
Lebih lanjut Teguh menjelaskan ada beberapa faktor penyebab terjadinya small Tornado atau puting beliung Rancaekek.
Menurut Teguh salah satu penyebab dari terjadinya small Tornado atau puting beliung Rancaekek karena faktor cuaca ekstrem di wilayah Jabar.
Baca Juga: NGERI! BRIN Sebut Badai Tornado di Rancaekek Kemarin 99,99 Persen Mirip dengan Tornado di AS
"Kemarin dipicu hujan intensitas tinggi disertai angin. Analisa kami terkait cuaca memang kemarin suhu muka laut hangat mendukung uap air ke jabar. Kelembapan lapisan udara 800-500 mb relatif basah. jadi faktor suhu muka laut ini memicu. Kemudian ada sirkulasi siklonik di sumatera ada netral poin dan pertemuan dan perlambatan angin. Dampak susulan adanya pertumbuhan awan awan cumulonimbus dan ini yang memicu hujan lebat," pungkasnya.***