Kondisi tersebut membuat penduduk selalu pergi bersama-sama karena alasan keamanan. Lama kelamaan, warga terbiasa saling menunggu atau silih dagoan di suatu tempat di kawasan Dago.
Sejak dahulu, Dago memang menjadi kawasan yang cocok dijadikan tempat beristirahat. Saat Belanda berkuasa, kawasan itu juga dijadikan sebagai rumah peristirahatan dan kawasan elit.
Baca Juga: Asal Usul Nama Sungai Cikapundung Bandung Katanya Diambil dari Tanaman Langka Ini, Bisa Tebak?
Saat ini kawasan tersebut sudah menjadi lebih modern. Terlihat deretan kursi di sepanjang Jalan Dago membuat kawasan tersebut semakin nyaman. Sudah bisa dipastikan, setiap wisatawan yang pernah berkunjung ke Kota Bandung, pasti singgah di Dago.
Hasil revitalisasi trotoar di Jalan Dago (Jalan Ir. H. Djuanda) yang legendaris mampu menghidupkan kembali budaya masyarakat Bandung tempo dulu, yaitu yang berjalan kaki.***