Kenapa Dinamakan Soreang? Ternyata Ini Asal Usul Nama Ibu Kota Kabupaten Bandung, Sudah Tahu?

- 30 September 2023, 13:00 WIB
Kendaraan melintas di depan Munara Sa­bi­lu­lungan 99 yang menghubungkan Masjid Al Fathu de­ngan kawasan Gedong Budaya Sabilulungan (GBS), Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (20/1/2021).
Kendaraan melintas di depan Munara Sa­bi­lu­lungan 99 yang menghubungkan Masjid Al Fathu de­ngan kawasan Gedong Budaya Sabilulungan (GBS), Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (20/1/2021). /Pikiran Rakyat/Ade Mamad/

Baca Juga: Pantas Disebut Soreang! Ini Asal Usul Ibu Kota Kabupaten Bandung, Baru Tahu

Dalam makna kiasannya berarti "teringat pada masa-masa yang telah lewat". Nama ini muncul bukan tanpa alasan. Pada masa lalu, tempat yang kemudian dinamai Soreang itu menjadi tempat untuk berhenti mengaso bagi para pengelana setelah menempuh perjalanan panjang dari berbagai arah, baik dari arah utara, selatan, atau timur, sebelum menuju tempat yang lebih tinggi ke arah bukit dan gunung, atau menuju arah sebaliknya, dari arah gunung untuk menuju tempat-tempat yang lebih datar.

 

Soreang menjadi “tekuklereng”, sehingga air tanah yang meresap di ketinggian gunung, ke luar di mata air dengan jumlah yang sangat berlimpah, sehingga para kelana dapat membersihkan diri, mensucikan pikiran dan hati. Bila sampai ke tempat ini memasuki petang, tempat ini berkembang menjadi pangauban, menjadi tempat untuk berteduh, berlindung dari dingin malam, dan gangguan binatang. Keesokan harinya perjalanan akan dimulai lagi menuju berbagai arah sesuai dengan tujuanya masing-masing.

Kalau dihubungkan dengan petilasan Eyang Bunisora di Gunung Sadu ada yang mengutarakan bahwa "Soreang" berasal dari 2 kata dalam bahasa sunda yaitu "SORA - HYANG" SORA berarti suara dan Hyang berarti menghilang atau ngahiyang namun karena dialek pengucapan tiap daerah yang berbeda kata Sorahyang menjadi Soreang.

Baca Juga: Geledah Rumah Mentan Syahrul Yasin Limpo, KPK Temukan Uang Miliaran Rupiah

Dari tempat dengan ketinggian antara +720–740 m dpl yang melandai ke arah timur dan utara sampai ketinggian +660 m dpl, para pengelana dapat melihat kemegahan bentang alam dikala petang, dan pesonanya di pagi hari, sehingga pangauban itu sekaligus menjadi "karangtingal", menjadi titik pandang (view point) untuk melihat sekelilingnya secara sekilas pandang.

 

Halaman:

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah