Kualitas Udara Kota Bandung Diambang Batas Tidak Sehat, Gas Emisi Transportasi Jadi Pemicunya

- 25 Agustus 2023, 17:00 WIB
FOTO udara gedung Bandung Creative Hub yang berada di Jalan Laswi, Kota Bandung, Rabu (16/1/2019). Wali Kota Bandung oded M Danial meminta untuk mengadakan investigasi terkait pungutan liar di tempat yang seharusnya gratis untuk publik tersebut./ARIF HIDAYAH/“PR”
FOTO udara gedung Bandung Creative Hub yang berada di Jalan Laswi, Kota Bandung, Rabu (16/1/2019). Wali Kota Bandung oded M Danial meminta untuk mengadakan investigasi terkait pungutan liar di tempat yang seharusnya gratis untuk publik tersebut./ARIF HIDAYAH/“PR” /arif hidayah/

MAPAY BANDUNG - Kepala Seksi Pemantauan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Iren Irma Muti menyebutkan dalam seminggu ke belakang, tingkat polusi udara Kota Bandung memang cukup tinggi.

Menurut Iren Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Bandung berada di angka 51-99. Posisi ini berada di ambang batas sedang.

Iren menerangkan, ada beberapa faktor yang mengakibatkan kualitas udara di Kota Bandung memburuk salah satunya 70 persen dikarenakan gas emisi transportasi.

 

Baca Juga: POPULER HARI INI: Kebakaran TPA Sarimukti, Hengky Kurniawan Minta Pemerintah Kirim Bom Air

"Sumber pencemaran udara dari transportasi itu mencapai 70 persen. Sisanya adalah dari rumah penduduk seperti pembakaran sampah. Ada juga dari cerobong pabrik, cerobong genset dan lainnya," ucapnya, Kamis 24 Agustus 2023.

Salah satu upaya yang dilakukan DLHK untuk menangani permasalahan tersebut adalah menanam pohon karena hanya tanaman yang bisa menghasilkan oksigen.

Selain itu, para ASN di Kota Bandung juga diimbau minimal seminggu sekali melakukan bike to work.

 

Baca Juga: Wajah Bisa Glowing Tanpa Gunakan Skincare, dr Zaidul Akbar Bagikan Rahasianya, Simak!

"Ke depan juga akan ditingkatkan melalui rekan-rekan Dinas Perhubungan penggunaan kendaraan masal. Berbagai upaya juga sudah kita lakukan seperti menguji emisi kendaraan bermotor untuk penerapan kawasan emisi bersih itu sudah cukup signifikan," akunya.

Ia menjelaskan, pihaknya terus menggaungkan kawasan emisi bersih. Program tersebut merupakan inisiasi pemilik kawasan untuk menjadikan lahan parkirnya bebas emisi.

Artinya kendaraan yang boleh parkir di kawasan tersebut harus yang lulus uji emisi dan ini harus diperbaharui setahun sekali.

 

Baca Juga: Polusi Udara! dr Zaidul Akbar Sarankan Tanam Tanaman Ini Dalam Rumah: Udara Jadi Bersih

"Jadi kalau ada kendaraan yang stikernya sudah tidak berlaku atau tidak memiliki stiker tidak diperbolehkan masuk ke kawasan emisi bersih," ucapnya.

Selain itu, Iren mengimbau agar masyarakat baiknya menghindari tempat-tempat ramai yang banyak polusinya. Serta senantiasa memperbanyak minum air putih.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Sony Adam memaparkan, dari data kesehatan 6 bulan yang lalu sampai sekarang, penyakit ISPA di Kota Bandung tidak ada kecenderungan untuk naik.

"Ini sesuai dengan level yang masih bisa diterima manusia. Namun demikian, kita harus waspada karena jika naik satu level lagi, ini akan ada pada kondisi yang tidak sehat," ungkap Sony.

 

Baca Juga: Modifikasi Cuaca, Cara Pemerintah Kurangi Polusi Udara di Jabodetabek

Menurutnya ada beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mengurangi polusi di antaranya kurangi berkendara pribadi. Selain itu bisa juga dengan menanam pohon. Dinas terkait pun terus memantau kadar emisi kendaraan sehingga kalau tinggi akan ada rekomendasi yang diberikan.

"Secara individu bisa ditangani dengan memakai masker, menutup saluran pernapasan dengan sapu tangan atau masker manakala ada polusi yang mendadak tinggi," katanya.

Jika seseorang terpapar udara tercemar, Sony menuturkan, respon pertama yang akan terjadi adalah batuk atau bersin. Ada pula yang matanya menjadi merah. Kemudian pada beberapa individu ada yang mengalami iritasi kulit.

"Tapi yang paling sering itu batuk dan bersin karena memang bagian dari mekanisme pertahanan tubuh," ucap Sony.

Baca Juga: Tegas! Bojan Hodak Tuntut Pemain Persib yang Sering di Bangku Cadangan Bermain Konsisten

Berbicara mengenai dampak dari pencemaran udara, Sony mengaku jika derajat kesehatan individu seseorang itu dipengaruhi oleh empat faktor. Pertama karena lingkungannya, termasuk dalam hal ini adalah polusi udara. Kedua, perilaku manusia.

 

"Faktor ketiga adalah pelayanan kesehatan. Lalu faktor keempat adalah genetika. Lingkungan berpengaruh 45 persen, perilaku manusia 30 persen, pelayanan kesehatan 20 persen, dan genetika 5 persen," imbuhnya.***

Ikuti berita MapayBandung.com lainnya di Google News.

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah