Ia menilai, para pedagang dan masyarakat yang beraktivitas di pasar masih kurang peduli terhadap penanganan sampah.
Ema mengatakan, kisah sukses pengolahan sampah mandiri melalui Kang Pisman bisa dilihat di RW 12 Kelurahan Maleer. Sebab di sana, menurutnya pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah sudah jauh lebih baik.
Misalnya seperti penerapan Kang Pisman, jadwal pengangkutan sampah, hingga pengelolaan sampah di TPS.
"Mindset, tindakan, dan perilaku masyarakat sudah sesuai apa yang kita harapkan. Kesadaran masyarakat untuk memilah sampah organik, anorganik, dan residu sudah dilakukan," ujarnya.
Baca Juga: Praktis dan Lezat! Satu Bahan Bisa Jadi 4 Varian Dessert Nutella, Coba Sekarang!
Sampah di TPS-TPS diolah menjadi beberapa produk. Mulai dari kompos, penyaring sungai, hingga barang rongsokan yang bisa diolah kembali.
Ema mengatakan, memang tidak mudah untuk mengubah kebiasaan masyarakat untuk dapat memilah sampah sendiri. Namun, dengan sosialisasi dan edukasi yang masif, masyarakat dapat secara bertahap memilah dan mengelola sampahnya sendiri.
"Kuncinya komitmen bersama membawa kota Bandung jadi lebih baik. Ini bertahap, kami akan melihat progres. Ini berlaku keseluruhan. Camat dan lurah membuat laporan, RW mana yang berjalan dan belum berjalan," katanya.
"Minimal volumenya berkurang. Kalau (Kang Pisman) berlaku, ini adalah sukses bersama," imbuhnya.