Merinding! Cerita Horor Teror Pocong Hantui Warga 7 Hari 7 Malam di Bandung

- 23 November 2023, 15:45 WIB
Mitos tali pocong yang beredar di masyarakat dan bikin merinding.
Mitos tali pocong yang beredar di masyarakat dan bikin merinding. / (Gambar.pro)

MAPAY BANDUNG – Artikel ini akan menceritakan tentang teror pocong yang hantui warga 7 hari 7 malam di Bandung.

Cerita horor ini, berawal dari seorang pemuda bernama Aceng tinggal sebatang kara di rumah kontrakannya di Bandung selama 15 tahun.

Cerita horor ini disampaikan oleh Abah Yudi di YouTube Malam Mencekam.

Baca Juga: Horor! Pendaki Ini Diganggu Hantu Pembawa Golok di Gunung Cikuray Gara-gara Kencing Sembarangan

Aceng bekerja di Bandung sebagai kuli borongan. Dari hasilnya bekerja, Aceng dapat menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Pada awal tahun 2020, saat tengah ramai virus covid-19. Aceng tiba-tiba jatuh sakit.

Tetangganya menaruh kecurigaan kepada Aceng, karena gejala yang ia alami seperti gejala covid pada saat itu.

Tanpa sepengetahuan Aceng, tetangganya Agus dan Toni melaporkan kejadian tersebut ke rumah sakit.

Tidak berselang lama, terdengarlah suara ambulans ke arah kontrakan tersebut seperti diceritakan di YouTube Malam Mencekam.

Baca Juga: Diganggu Arwah Pasien yang Sudah Meninggal, Begini Cerita Horor Perawat Magang Rumah Sakit Bandung

Rekan-rekannya membujuk Aceng untuk mendapatkan perawatan intensif.

Sempat naik ke ambulance, namun saat tiba di rumah sakit, Aceng melarikan diri dan kembali ke kontrakannya.

Sontak saja hal ini membuat Agus dan Toni kaget, mereka mencoba untuk membujuk Aceng agar mendapatkan perawatan namun ditolak mentah-mentah.

Desakan warga sekitar kepada Agus dan Toni kian membesar, warga sekitar khawatir akan tertular covid.

Pada akhirnya disepakati untuk mendobrak paksa pintu kontrakan Aceng. Toni mencari ke tiap sudut rumah dan menemukan Aceng sedang terdiam di atap.

Baca Juga: Sikapnya Bisa Berubah Drastis, Kenali Ciri-Ciri Orang yang Miliki Khodam Perwujudan Ular

Di sinilah hal mengerikan mulai terjadi. Perlahan-lahan Toni mendekati Aceng dan membujuknya dengan lembut.

“Saya nggak covid Ton,” kata Aceng terbata-bata.

“Iya, saya paham. Tapi lebih baik ke rumah sakit dulu supaya dapat perawatan,” ucap Toni.

Diluar dugaan, Aceng berlari di atap kontrakannya untuk melarikan diri. Saat ia mencoba melompati rumah, tiba-tiba ia terpeleset jatuh ke tanah.

Aceng tewas seketika dengan badan yang terkapar bersimbah darah. Kepalanya hampir pecah karena benturan keras ke tanah.

Baca Juga: Beginilah Ciri Orang yang Punya Khodam Paling Sakti dan Terkuat di Bumi, Bisa Dilihat dari Hal Ini

Agus, Toni, dan warga sekitar tidak berani untuk menolong Aceng. Mereka tetap memanggil ambulans untuk mengurus jasadnya.

Pihak rumah sakit memberikan kabar kepada Agus bahwa Aceng meninggal karena benturan keras di kepala dan tidak terpapar virus corona.

Seketika mereka semua menyesal karena tidak mempercayai Aceng. Setelah jenazah Aceng disemayamkan, suasana kampung tersebut berubah mencekam dan banyak teror terjadi.

Pada malam pertama, penjual makanan yang lewat kontrakan Aceng mendapatkan pesanan Nasi goreng darinya. Setelah pesanan selesai, Aceng tidak mengambilnya.

Penjual makanan mengeluh kepada Istri Agus yang kebetulan ada di dekatnya.

“Serius mas?,” kata istri Agus.

Ia kemudian menjelaskan kepada penjual makanan itu bahwa Aceng sudah wafat kemarin malam.

Malam kedua saat waktu menjelang magrib, Toni yang telah selesai bekerja mendengar suara tembok yang di ketuk-ketuk.

“Ayo pulang!, udah selesai pekerjaanya,” ucap Toni sambil berteriak.

Karena suara itu tidak kunjung berhenti, Toni pergi menghampiri suara tersebut. Dilihatnya sosok yang gelap di tempat kerjanya.

Saat ia melihatnya lebih dekat, ternyata sosok pocong yang sedang membenturkan kepalanya ke tembok.

Pocong itu kemudian berbalik ke arah Toni, betapa kagetnya karena yang dilihatnya adalah pocong Aceng yang sedang menangis darah merah kehitaman.

Malam ketiga, rumor beredar dan sudah banyak warga yang mengetahui teror pocong Aceng.

Mereka lalu bergotong royong untuk mengosongkan rumah Aceng dan membereskan semua barang-barangnya.

Saat salah satu warga memindahkan alas tidur, bantal, dan guling ke mobil pickup, Ia berteriak histeris karena melihat pocong yang tertumpuk barang-barang.

“Saya melihat ada pocong Aceng ke tindih sama barang-barang yang ada di mobil,” katanya terbata-bata.

Warga kemudian mengecek barang-barang tersebut dan tidak ditemukan apapun. Masuk hari keempat, teror semakin meluas. Warga tidak berani untuk keluar rumah saat malam.

Saat warga hendak tertidur, banyak pintu rumah yang diketuk. Ketika dibuka, tidak ada siapapun di depan pintu, hanya tercium aroma kamper yang menyengat.

Tidak hanya satu rumah, tapi hampir satu RT mengalami kejadian yang sama. Saat masuk malam kelima, rumah Agus tiba-tiba mendadak gelap. Ia menyalakan beberapa lilin dan ditempatkannya di sudut rumah.

Agus hendak menyimpan lilin di lantai kamarnya, lilin itu tiba-tiba padam seperti ada yang meniupnya. Dicobanya beberapa kali, sampai akhirnya lilin itu dapat menyala.

Saat Agus membalikan badan, dilihatnya pocong yang sedang melompat-lompat di tempat tidurnya. Ia melihat wajahnya yang merah kehitaman penuh darah.

Ia berlari sambil berteriak hingga membangunkan istri dan anaknya.

Pada malam keenam, Toni dan warga sedang melakukan patroli keamanan rutin. Saat melewati kontrakan Aceng, mereka dilempari batu dari atap rumah.

“Ton, ada yang lempar kerikil dari atas,” kata seorang warga.

Mereka memberanikan diri untuk melihat ke arah atas.

Dilihatnya sosok pocong Aceng sedang menatap ke bawah dengan matanya yang merah dan darah yang mengucur. Pocong itu kemudian tertawa mengerikan kepada mereka.

Hari demi hari, teror berlanjut. Pada hari ketujuh saat hendak melaksanakan sholat Subuh, ustadz mendengar suara berisik di area pemandian mayat sebelah masjid.

Dengan jelas, ustadz itu dapat mendengar suara tangisan dari keranda mayat.

Setelah sholat Subuh, ustadz kemudian meminta kepada semua warga untuk ziarah ke makam Aceng kemudian mendoakannya.

Setelah warga mendoakan almarhum Aceng, teror pocong tidak lagi terjadi di kampung tersebut.***

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah