Mati Suri di Gunung Prau, Bangun-bangun Bisa Lihat Hal Aneh dan Prediksikan Orang Meninggal

- 6 Juni 2023, 17:00 WIB
Aslina saat mengalami mati suri diperlihatkan dengan dosa besar dimana seorang laki-laki memikul besi berat di punggung dan baunya menyengat.
Aslina saat mengalami mati suri diperlihatkan dengan dosa besar dimana seorang laki-laki memikul besi berat di punggung dan baunya menyengat. /Pixabay /dimitrisvetsikas1969/

 

MAPAY BANDUNG - Gunung Prau, salah satu gunung yang terletak di Jawa Timur ini menjadi salah satu gunung yang cocok untuk para pendaki pemula lalui.

Meskipun begitu, Gunung Prau memiliki banyak kisah mistis yang di alami para pendakinya. Salah satunya adalah cerita seorang pendaki yang mati suri di gunung ini.

Kisah ini diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh seorang pecinta gunung bernama Wahyu yang dibagikan di podcast Youtube 'Besok Pagi' pada tanggal 4 Juni 2023 lalu.

Ia mengaku kejadian ini telah mengubah hidupnya dan memberikannya banyak pelajaran hidup.

Kejadian ini terjadi di tahun 2014. Saat itu ia masih berada di kelas 2 SMA. Ia berangkat di pagi hari untuk mendaki Gunung Prau bersama dengan kakaknya.

Baca Juga: Hanya Butuh 2 Bahan, Resep Bulguri Mudah dan Enak, Ramen Ala Jungkook BTS

Di tengah perjalanannya menuju puncak, ia dan kakaknya beristirahat di sebuah pos untuk mengistirahatkan tubuhnya sebentar. Sebelum ia tidur, ia meminta kakaknya untuk membangunkannya.

"Sampeyan tungguin saya sebentar. Kalau susah bangun, bangunin saja," pesan Wahyu sebelum tertidur.

Belum sepenuhnya tertidur, Wahyu tiba-tiba merasakan tubuhnya kaku dan tidak bisa digerakan. Di saat itu juga ia melihat dua orang berbaju putih di hadapannya.

Tiba-tiba ia merasakan ruh nya ditarik keluar dari tubuh, lalu ia merasa ruh nya bebas. Ia masih bisa melihat sang kakak yang belum sadar dengan kondisi tubuhnya yang sudah menguning dan kaku itu.

Diajaknya Wahyu pergi dengan kedua orang tersebut ke tempat seperti surga dan neraka. Apa yang ia lihat benar-benar seperti pikirannya tentang surga dan neraka selama ini.

Baca Juga: Resep Sengkel Sapi Cabe Ijo Empuk, Pedas, Nikmat ala Chef William Gozali, Hidangan Idul Adha

Wahyu berakhir di alam dimana tempat untuk bayi yang belum di lahirkan. Di tempat itu Wahyu diperlihatkan sang kakak yang sedang mengadzani tubuhnya yang kaku.

Setelah kakaknya mengqomati tubuhnya, ruh Wahyu terasa terhempas kembali ke dalam tubuh dengan seluruh panca indra yang mati. Hingga akhirnya satu persatu panca indranya kembali.

Wahyu kembali sadar. Saat itu langit sudah gelap, padahal Wahyu merasa ia hanya pergi dalam hitungan menit saja.

Kakaknya bersyukur Wahyu dapat kembali, ia khawatir Wahyu benar-benar meninggal, sementara itu Wahyu sendiri merasa yakin bahwa ia sudah meninggal tadi.

Kakaknya menyarankan mereka untuk pulang, namun Wahyu menolak dan tetap ingin melanjutkan. Ia merasa tubuhnya segar dan tidak lelah.

Baca Juga: Hindari Makanan Ini Kalau Tak Mau Rambut Ada Uban, dr. Zaidul Akbar: Mereka Ambil Elemen Badan

Saat tengah malam tiba, gunung yang sepi itu terasa ramai. Wahyu yang belum sadar dengan kondisinya sekarang mengatakan pada sang kakak kalau gunung sedang ramai-ramainya, namun sang kakak membantah hal tersebut.

Hingga akhirnya ia pamit untuk pergi jalan-jalan, dan menitipkan pesan kepada kakaknya untuk diam di tenda saja.

Di tengah hutan puncak Gunung Prau itu Wahyu sadar bahwa panca indranya sekarang sangat tajam. Ia bisa mendengar, mencium, melihat, dan merasakan hal-hal di luar nalar.

Malam itu Wahyu bertemu dengan banyak makhluk penunggu Gunung Prau. Ia mengaku ia bersikap berani kepada mereka semua hingga mampu mengusir mereka pergi dari hadapannya.

Sampai akhirnya ia bertemu dengan sesosok petapa yang memberikan peringatan terhadap kemampuannya.

Baca Juga: Hindari Makanan Ini Kalau Tak Mau Rambut Ada Uban, dr. Zaidul Akbar: Mereka Ambil Elemen Badan

"Aku tahu kamu habis mengalami apa, siap gak siap, setelah ini kamu akan mengalami kejadian yang tidak normal," pesan petapa.

Sosok tersebut juga mengatakan bahwa Wahyu harus menggunakan kemampuannya dengan baik, namun jangan sampai apapun yang ia lihat dan dengar disampaikan ke orang lain, atau hal buruk akan berimbas ke tubuhnya.

Sepulang dari Gunung Prau, Wahyu sakit tipes selama 40 hari. Selama sakit, Wahyu ditemui berbagai makhluk halus dari mulai pocong yang benar-benar terbungkus kain kafan lusuh sampai jin dengan wajah hancur.

Ia mengaku selama masa adaptasinya ia harus memiliki mental yang kuat, kalau tidak ia bisa gila.

Sejak saat itu juga firasatnya menjadi kuat. Ia bisa melihat masa depan dan masa lalu seseorang, namun yang harus ia ingat ia tidak boleh memberitahukannya kepada orang lain.

Baca Juga: 10 Cara Ampuh Agar Daging Kurban Tidak Bau, Catat untuk Idul Adha Nanti

Pernah suatu hari Wahyu memperingatkan temannya untuk tidak pergi, atau temannya itu meninggal. Namun temannya tak mengindahkan ucapan Wahyu dan tetap pergi menggunakan mobilnya.

Sementara itu, setelah Wahyu mengatakan hal tersebut, ia merasa jantungnya di remat dan sesak. Saat itu ia sadar bahwa efek samping ke tubuhnya itu benar adanya.

Di hari yang sama juga, Wahyu mendapatkan kabar bahwa temannya meninggal dunia dengan posisi yang sama persis seperti yang ia terawang.

Temannya meninggal dalam kecelakaan mobil yang membuat perutnya tertekan air bag sehingga ususnya tertekan ke dalam dan meninggal dunia.

Semakin lama Wahyu semakin bisa beradaptasi dengan kemampuannya dan bisa mengontrolnya. Kini ia bisa menggunakan kemampuannya itu untuk hal-hal positif dan dapat membantu banyak orang. Meskipun begitu, Wahyu merasa tidak nyaman dengan kondisinya karena harus berhubungan dengan hal di luar nalar manusia.

"Untuk semuanya yang punya kemampuan, jangan merasa tinggi hati, tetaplah rendah hati, karena tinggi hati itulah yang membuatmu celaka," ucap Wahyu sebagai pernyataan penutupnya.***(Zielda Vestalira Maharani/Job Training)

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x