Lek-lekan, Tuguran, hingga Tapa Bisu saat Malam 1 Suro Dimaknai Sebagai Upacara untuk Mawas Diri, Apa Itu?

- 28 Juli 2022, 13:00 WIB
Ritual tradisi seperti lek-lekan, tuguran, hingga tapa bisu pada saat Malam 1 Suro ini, dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri.
Ritual tradisi seperti lek-lekan, tuguran, hingga tapa bisu pada saat Malam 1 Suro ini, dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri. /Pixabay/FotoArt-Treu

Sedangkan tapa bisu atau biasa disebut mengunci mulut, adalah suatu tradisi yang mengharuskan semua umat untuk tidak mengeluarkan kata-kata selama ritual malam 1 Suro.

Tradisi tapa bisu pada perayaan Malam 1 Suro juga dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya selama setahun penuh, menghadapi tahun baru di esok paginya.

Baca Juga: Cek Tuah Perkutut Bisa Dilakukan Sendiri di Rumah! Cukup Pakai 2 Bahan Ini dan Gak Perlu Tirakat Tertentu

Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci.

Sebab, bulan Suro adalah bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa.

Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.

Baca Juga: Robert Sebut Ciro Alves Masih Belum Pulih, Peluang Debut di Laga Kontra Madura United Tertunda

Sepanjang bulan Suro, masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada.

Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada, berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.***

Halaman:

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah