Inilah 4 Tradisi Malam 1 Suro Malam Sakral Pergantian Tahun Baru Jawa, Mulai dari Tirakat hingga Semedi

- 28 Juli 2022, 11:30 WIB
6 larangan pada malam 1 Suro 2022 yang dianggap menyeramkan.
6 larangan pada malam 1 Suro 2022 yang dianggap menyeramkan. /Pexels/Johannes Plenio

MAPAY BANDUNG - Berikut ini adalah beberapa tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa, saat memasuki Malam 1 Suro.

Tradisi ini dilakukan, sebab Malam 1 Suro sangat dianggap keramat dan sakral oleh masyarakat Jawa.

Bahkan, disebagian wilayah Jawa, masyarakat tidak diperbolehkan untuk beraktivitas keluar rumah saat Malam 1 Suro, kecuali untuk beribadah saja.

Baca Juga: Burung Perkutut Satrio Manah Punya Tuah Memperlancar Jodoh, Cirinya Ada di Bagian Ekor

Malam 1 Suro merupakan malam pergantian tahun baru di kalender Jawa, yang bertepatan dengan 1 Muharam di kalender Hijriah/Islam.

Agar malam 1 suro ini dapat terlaksana dengan khidmat, masyarakat menggelar beberapa ritual tradisi, dan ini juga adalah cara masyarakat Jawa untuk Introspeksi diri.

Peringatan Malam 1 Suro akan selalu dilakukan dengan khusuk, sebab di sini orang-orang akan membersihkan diri lahir batin, melakukan introspeksi, mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang membuat hidup dan menghidupi dunia dan seisinya.

Baca Juga: Cek Tuah Perkutut Bisa Dilakukan Sendiri di Rumah! Cukup Pakai 2 Bahan Ini dan Gak Perlu Tirakat Tertentu

Seperti dilansir MapayBandung.com dari laman web Kemdikbud, Kamis 28 Juli 2022, ada 4 ritual tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa saat Malam 1 Suro.

Saat Malam 1 Suro tiba, masyarakat umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).

Bahkan, sebagian orang memilih menyepi untuk semedi di tempat sakral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat.

Baca Juga: Demi Konten, Remaja Tewas Menggenaskan Usai Ditabrak Truk Tangki

Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci.

Sebab, bulan Suro adalah bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa.

Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.

Baca Juga: Ezra Walian Mulai Pulih, Robert Harap Bisa Diturunkan saat Persib vs Madura United

Sepanjang bulan Suro, masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada.

Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada, berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.

Oleh sebab itu, dapat dipahami jika kemudian masyarakat Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro.***

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah