Pada zaman dahulu, di lokasi ini terdapat padepokan yang didiami oleh Ki Ageng Imam Purboyo.
Saat bangunan padepokan rusak, Ki Ageng membongkar atau ‘bubrai’ kandang hewannya. Kayu-kayu dari kandang tersebut kemudian digunakan untuk memperbaiki padepokan miliknya.
Dari kisah inilah, pesugihan kandang bubrah berasal dan diceritakan turun-temurun.
Hingga saat ini, tak terhitung jumlahnya yang telah berkunjung ke makam keramat Tembung Boyo ini. Kebanyakan peziarah adalah pengusaha maupun orang-orang yang tengah terlilit masalah keuangan, terjerat hutang, hingga masalah finansial lainnya.
Pada hari-hari tertentu seperti Jumat Pon dan Jumat Kliwon, peziarah akan memenuhi lokasi ritual dan memanjatkan doa pada pohon di tengah makam ini.
Penganut pesugihan kandang bubrah, setiap tahunnya harus melakukan renovasi rumah agar Khodam yang membawa rezeki terus bersemayam di dalamnya.
Syarat untuk melakukan pesugihan kandang bubrah tidak perlu melakukan renovasi besar-besaran. Pelaku hanya cukup mengganti genteng, cat, maupun lantai keramik.
Baca Juga: Catat! Jangan Salah Pilih, Ini Perbedaan Mencolok Sarana Penglarisan Putih dan Hitam
Anehnya, rumah yang diduga digunakan untuk melakukan pesugihan kandang bubrah selalu dikerjakan pada bagian depannya saja.