Selama bekerja kembali, mereka tidak mendapat teror atau penampakan. Hanya saja, ketakutan menjadi tumbal pesugihan berikutnya menghantui hari-harinya.
Delapan bulan berlalu dan kejadian aneh terjadi. Anak pemilik perusahaan meninggal dengan kondisi mirip dengan rekan-rekannya Budi yang telah wafat.
Kecurigaan kepada pemilik tempat usaha pun sirna. Budi hanya bisa menerka-nerka, siapa kiranya yang melakukan praktik pesugihan ini.
Setelah sepuluh orang menjadi tumbal pesugihan, pekerja yang bertahan menjadi bingung dan frustasi.
Akhirnya pemilik tempat usaha sepakat untuk mencari tahu pelaku yang melakukan tumbal pesugihan di tempat kerjanya.
Budi akhirnya pergi ke salahsatu kyai terkemuka di Jakarta yang paham soal non medis seperti ini.
Kyai tersebut mengetahui identitas pelaku pesugihan dan menyuruh keluarga Budi untuk tinggal di rumahnya.
Ada kekhawatiran kedok pelaku terbongkar dan kyai menyuruh Budi beserta keluarga untuk tinggal selama beberapa hari hingga suasana mereda. Hingga suatu hari, kyai ini mengizinkan Budi untuk pulang.
“Kamu dan keluarga sudah dapat pulang dan kembali bekerja. Orang itu sudah mendapat senjata makan tuan,” ucap Kyai tersebut.