Seperti diketahui, setelah melakukan perjanjian dengan penguasa Gunung Kawi dan melengkapi dengan ritual Tapabrata, pelaku pesugihan akan mendapat kekayaan melimpah.
Harta dari pesugihan Gunung Kawi dapat berupa daun Dewandaru yang berguna untuk melancarkan usaha maupun uang gaib yang akan dikirim pada hari-hari tertentu.
Jika uang gaib yang dipilih maka pelaku pesugihan harus menyiapkan ‘ubu rampe’ atau sesajen untuk penguasa Gunung Kawi.
“Setelah saya menyiapkan kamar tersebut, saya disuruh untuk menyiapkan ayam panca warna, kemenyan arab, candu, kopi hitam pahit, dan satu gelas air pahit, setelah itu saya diberikan sebuah mantra untuk diamalkan,” ucap Lek Jan.
“Setelah syarat tersebut sudah saya laksanakan. Setiap malam Jumat Wage, bunda ratu (penguasa Gunung Kawi, red) akan berkunjung ke kamar yang sudah saya siapkan dan para pengawalnya akan membawakan saya sekeranjang uang,” sambungnya.
Baca Juga: KLASEMEN LIGA 1 TERBARU: Persib Geser Bhayangkara FC di Puncak Usai Kalahkan Persita
Narasumber mengungkap jika uang gaib hasil pesugihan adalah uang asli yang dapat dibelanjakan. Selama melakukan praktik pesugihan Gunung Kawi, narasumber diberikan kekayaan beberapa kali dalam rentang satu tahun.
“Ya ini memang uang asli loh mas, ini uang bisa menebus sertifiakt tanah dan hutang-hutang saya di bank. Saya dikirim uang sudah 4 kali dalam waktu 1 tahun mas,” tuturnya.
Hanya saja, tidak semua pesugihan bersifat cuma-cuma. Praktik pesugihan Gunung Kawi dilakukan dengan sumpah yang tercatat di alam gaib.