Tata Cara Tingkeban dan Sesaji yang Disiapkan Sesuai Adat Jawa, Lakukan Ini Saat Ibu Hamil Menginjak 7 Bulan

23 Juli 2022, 18:15 WIB
Ilustrasi. Inilah tata cara tingkeban dan sesaji sesuai adat jawa yang biasa dilakukan saat ibu hamil menginjak usia kandungan 7 bulan. /Pixabay



MAPAY BANDUNG – Dalam tradisi adat Jawa, tingkeban atau upacara selamatan ibu hamil yang menginjak usia 7 bulan sangat penting dilakukan.

Selamatan tingkeban sendiri adalah sebuah ekspresi yang dilakukan ibu hamil, khususnya masyarakat Jawa saat menunggu kelahiran bayi.

Tata cara serta sesaji yang disuguhkan saat tingkeban pun harus dilakukan dengan khidmat agar ibu hamil serta bayi yang dikandung selamat serta diberikan kelapangan rezeki.

Tak sedikit ibu hamil yang melupakan upacara tingkeban ini, beberapa bahkan meninggalkannya karena disebut kuno dan ketinggalan zaman.

Padahal sebenarnya, tata cara serta sesaji tingkeban ibu hamil ini mengajarkan pasangan suami istri untuk lebih mengucap rasa syukur atas diberikan pelengkap hidup oleh Yang Maha Kuasa.

Baca Juga: Prediksi Susunan Pemain dan Link Live Streaming Bali United vs Persija di Liga 1 Malam Ini

Dikutip MapayBandung.com dari Kitab Primbon Serbaguna karangan R. Gunasasmita pada Sabtu 23 Juli 2022, tradisi tingkeban dilakukan pada tanggal ganjil sesuai kalender Jawa, sebelum tanggal 13.

Acara tingkeban sendiri dihadiri sanak keluarga serta pihak tertua dari masing-masing keluarga.

Ada beberapa sesaji yang harus disiapkan saat upacara tingkeban diantaranya:

1. Nasi dan rebusan urap.

2. Bubur merah dan putih, bubur procot, serta bubur baro-baro.

3. Aneka jajanan pasar.

4. Emping ketan yang digoreng tanpa minyak, dilumuri dengan gula Jawa serta parutan kelapa.

5. Aneka jenis ampyang yang digoreng tanpa minyak serta dilumuri gula Jawa.

6. Penyon, terbuat dari adonan tepung beras yang dicampur dengan air warna kuning, putih, hitam, lalu dikukus secara berlapis.

7. Tumpeng robyong.

8. Sampora, sejenis makanan manis berbentuk balok kelapa yang terbuat dari tepung beras dengan santan dan gula Jawa yang dikukus.

9. Terakhir yaitu Pring Sedapur, berupa makanan tumpeng kecil berjumlah 9 pasang yang terbuat dari campuran tepung beras dan air.

Baca Juga: Inilah 5 Ciri Tuah Positif Burung Tekukur Kalung Tepung yang Wajib Diketahui Agar Tidak Salah Beli

Setelah mengetahui sesaji yang diberikan kepada tamu undangan upacara tingkeban, adapun tata cara yang dilakukan sebagai berikut.

1. Ibu hamil yang tengah mengandung 7 bulan dimandikan, kemudian basahi rambut dengan air kembang setaman oleh kerabat tertua.

2. Selanjutnya, ibu hamil dilumuri dengan tepung beras 7 warna dengan campuran daun kemuning, manir, dan pandan yang telah ditumbuk halus.

3. Saat dimandikan, ibu hamil duduk di kursi kecil yang terbuat dari kayu dengan alas tikar, daun kluwih, ilalang, daun dadap, atau daun lainnya.

4. Dasaran kain saat tradisi tingkeban yaitu kain letrek, jingga, banguntulak, yuyu sekandang, sembagi, putih, sindur, serta kain selendang lurik motif puluh watu.

Baca Juga: 10 Nama Bayi Perempuan Islami Berawalan Huruf J, Jadi Doa Terbaik, Bermakna Indah, dan Bercahaya

5. Setelah acara mandi tingkeban selesai, ibu hamil dipersilakan untuk berwudhu dan mengganti pakaian yang dilingkari benang merah, putih, atau hitam diikat longgar.

6. Tahapan selanjutnya, pihak tertua di keluarga menjatuhkan alat pemintal benang sambil mengatakan.

‘Lanang arep, wadon arep, janji selamet’ yang artinya laki-laki atau perempuan mau saja asalkan selamat.

7. Selanjutnya menjatuhkan 2 butir kelapa gading sambil mengatakan.

‘Yen lanang kaya Kamajaya, Arjuna, utawa Panji yen wadon kaya Ratih, Sembadra, utawa Candra Kirana.’ Yang artinya jika laki-laki seperti Kamajaya, Arjuna atau Panji, sedangkan perempuan seperti Ratih, Sembadra, atau Candrakirana.

8. Tahapan tingkeban selanjutnya yaitu ibu hamil dipersilakan menuju rumah dan berdiri di ruang tengah sambil memakai kain kemben 7 helai.

Baca Juga: 2 Tips Rawat Aglonema, Agar Sehat dan Punya Warna Indah: Kebiasaan yang Tak Boleh Terlewat

Saat memakai kain kemben helai pertama hingga ketujuh, orang-orang berkata ‘Ora pantes’ yang artinya tidak pantas.

9. Lalu tahap terakhir tingkeban ibu hamil yaitu mengganti seluruh pakaian dan membiarkan 7 helai kain berserakan di lantai.

Pakaian yang digunakan biasanya batik tuntrum dan tidak mengenakan perhiasan sama sekali.

Kemudian sebagai penutup, orang-orang di sekelilingnya mengatakan ‘Wis pantes, wis patut’ yang artinya sudah pantas.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler