Terkenal Ekstrem! Seperti Ini Puasa Patigeni yang Sebenarnya Kata Pakar Kejawen

6 Februari 2022, 20:30 WIB
Pakar Kejawen Dewi Sundari mengungkap puasa patigeni yang terkenal ekstrem /Twitter @pakarkejawen

MAPAY BANDUNG – Sejak zaman dahulu Pulau Jawa terkenal dengan ilmu kejawen dan mistisnya.

Tak sedikit tradisi yang mengakar di masyarakat termasuk ritual puasa patigeni.

Menurut mitos yang berkembang, puasa patigeni dilakukan orang-orang terdahulu dengan tujuan meraih kesaktian ilmu tertentu.

Praktik puasa patigeni adalah satu di antara ritual kanuragan ekstrem yang masih dilakukan hingga saat ini.

Secara harfiah, patigeni berarti mematikan api. Inti dari puasa patigeni adalah mematikan hawa nafsu yang ada di dalam jiwa, tak hanya sebatas mematikan lampu penerangan semata.

“Dalam kejawen ada lelaku atau tirakat yang diyakini dapat dijalankan untuk meningkatkan spiritualitas di antaranya puasa patigeni,” kata Dewi Sundari seperti dilansir MapayBandung.com dari kanal YouTube pribadinya pada Minggu 6 Februari 2022.

Baca Juga: Tayang Malam Nanti, Ini Link Live Streaming Persib vs Bhayangkara FC

Menurut praktisi spiritual dan kejawen, Dewi Sundari, puasa patigeni adalah ritual yang dijalankan selama 24 jam penuh di sebuah ruangan gelap tanpa ada penerangan sama sekali.

Selama melakukan puasa patigeni, segala kebutuhan duniawi dilarang. Termasuk makan, minum, tidur, dan tidak diperkenankan untuk berbicara.

“Tidak boleh keluar ruangan dan harus melakukan puasa patigeni dengan berdoa dan beribadah saja,” tutur Dewi Sundari menegaskan.

Tak hanya dilakukan selama sehari semalam, ada pula pelaku yang melakukan puasa patigeni selama 40 hari lamanya.

Baca Juga: Alami Nyeri Melilit Akibat Haid? Tenang, Resep 1 Ini Bisa Atasi Semua dengan Cepat Kata dr. Zaidul Akbar

Puasa berat dan ekstrem semacam ini dilakukan oleh pelaku yang ingin menebus atau menguasai ilmu tertentu.

“Di zaman sekarang, tirakat seperti ini dianggap sulit dilakukan. Tapi pada zaman dahulu, puasa patigeni adalah kegiatan yang dapat dijalankan meskipun sangat berat,” ucap Dewi Sundari.

“Sebab pada masa itu, kondisi ekonomi sulit dan pangan tidak semudah saat ini. Sama-sama lapar, mengapa tidak melakukan tirakat sekalian,” sambungnya.

Hampir seluruh guru spiritual tidak akan menyarankan puasa patigeni kepada muridnya kecuali jika urusannya benar-benar penting atau keinginannya teramat besar dan mendesak.

Untuk menentukan awal puasa patigeni, terdapat perhitungan yang harus ditepati jika ingin berhasil.

“Bisa dimulai pada weton orang yang mengambil tirakat. Misalnya orang tersebut lahir pada Senin Legi, maka puasa dapat dimulai pada Senin subuh,” tutur Dewi Sundari.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Kota Bandung Minggu Ini, 7 Sampai 13 Februari, Simak Syarat dan Biayanya

Para pelaku puasa ini biasanya akan sahur terlebih dahulu dan setelah waktunya berpuasa, mulailah beribadah atau melakukan meditasi untuk mendatangkan ketenangan jiwa.

Sebutan puasa ekstrem memang tidak salah karena godaan saat melakukan puasa patigeni sangatlah beragam, tergantung kondisi fisik pelaku dan lingkungan.

“Godaan biasanya terdengar suara sosok gaib yang berusaha mengganggu, rasa panas di sekujur tubuh seperti sedang terbakar, hingga kantuk yang luar biasa hebat,” tandasnya.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler