Ini Alasan Joko Anwar Pilih Rusun Terbengkalai 15 Tahun jadi Lokasi Syuting Pengabdi Setan 2: The Communion

17 Juni 2022, 11:30 WIB
Seharusnya, bukan Awi Suryadi yang menjadi sutradara film KKN di Desa Penari, tapi Joko Anwar //pedomantangerang.com/Gitta Gracia Evelyn Diva

MAPAY BANDUNG – Joko Anwar mengungkap alasan memilih rusun yang telah terbengkalai 15 tahun menjadi lokasi syuting Pengabdi Setan 2: The Communion.

Berbeda dengan lokasi syuting Pengabdi Setan pertama yang berada di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Joko Anwar ingin menghadirkan suasana lebih mencekam pada sekuel film keduanya.

Pengabdi Setan 2: The Communion resmi merilis cuplikan perdananya dan dijadwalkan akan tayang serentak pada 4 Agustus 2022 mendatang.

Joko Anwar mengatakan jika film yang diambil dengan latar tempat rusun terbengkalai ini akan menghadirkan pengalaman menonton yang berbeda.

Baca Juga: Tara Basro Syok! Rusun Tempat Syuting Pengabdi Setan 2: The Communion telah Terbengkalai 15 Tahun Lebih

"Film ini dibuat untuk dinikmati di sinema, tidak cuma seram tapi kami ingin buat pengalaman yang menyenangkan, seru, menegangkan dan menjadi sesuatu yang bisa dinikmati semua orang," kata Joko Anwar seperti dilansir MapayBandung.com dari ANTARA pada Jumat 17 Juni 2022.

Secara gamblang, Joko Anwar mengungkap alasan dirinya memilih adegan yang pada akhirnya ditunjukkan di cuplikan perdana Pengabdi Setan 2: The Communion ini.

"Tujuan trailer adalah untuk merepresentasikan film agar tidak melenceng,” ucap Joko Anwar.

"Agar tidak menipu penonton, sehingga ekspektasinya sesuai dengan penonton," sambungnya.

Baca Juga: Merinding! Kengerian Lokasi Film Pengabdi Setan 2: The Communion, Seperti Ini Rusun yang Disebut Angker

Sutradara yang juga menggarap film Perempuan Tanah Jahanam dan Gundala ini melanjutkan jika dirinya ingin menunjukkan latar, karakter, serta konflik utama dari sekuel film Pengabdi Setan sebelumnya.

Seperti yang terlihat pada cuplikan film, ada pun latar tempat utama film berada di sebuah rumah susun lawas dan mencekam.

Kondisi yang cukup angker dan terbengkalai ini memberikan pengalaman dan suasana film yang sangat mendukung.

"Kami ingin meng-capture Jakarta di era tahun '85, ingin mengajak penonton masuk ke rumah susun, karakter, dan konflik yang terjadi,” tutur Joko Anwar.

Baca Juga: Selain Perkutut, 5 Burung ini Juga Bisa Mendatangkan Kekayaan, Nomor 4 Paling Jadi Primadona

"Kami juga ingin meng-capture perasaan claustrophobia, dread, di dalam film ini, pemilihan adegan-adegan diharapkan bisa merefleksikan filmnya nanti di bioskop," sambungnya.

Perlu diketahui jika claustrophobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap ruang sempit atau tertutup. Contohnya lift, ruangan tanpa jendela, dan tempat sempit seperti rumah susun.

Claustrophobia adalah salah satu jenis fobia yang paling umum yang ditandai dengan rasa panik atau gugup yang muncul saat tengah berada di ruangan sempit dan penuh sesak.***

Editor: Haidar Rais

Tags

Terkini

Terpopuler