Jika Aisyah sedang senang padanya maka akan memanggil dirinya dengan 'Wa Rabbi Muhammad', namun jika sedang ngambek pasti akan berkata 'Wa Rabbi Ibrahim'.
"Nah kalo istri kita pinter masak dan punya warung Padang, kalo kita lagi seneng 'ah ini kayak masakan mama nih'. Kalo kita lagi nggak seneng, 'wah kayak masakan ibu saya nih'. Tinggal peka nggak kita sama saudara kita. Apa yang buat nggak nyaman? Bete? Tersinggung," ucapnya.
Baca Juga: Fadli Zon Singgung Pemindahan Ibu Kota Baru, Rizal Ramli: Untuk Rakyat Indonesia atau Beijing Baru?
Baca Juga: Rutin Lakukan Ini Agar Sehat Meskipun Makan Mie Instan Kata dr. Zaidul Akbar
Kepekaan dan empati yang tinggi dapat menjalin hubungan persaudaraan atau kedekatan. Sehingga ketika bertindak selalu memikirkan perasaan orang lain pada siapa pun.
"Jaga perasaan orang lain, saking menjaga perasaan, Nabi tuh selalu mencari persamaan biar nggak ada gap (celah). Ketemu dengan pengembala ternak, Nabi ngomongin 'tidaklah Allah mengutus seorang Nabi pasti pernah pengembala ternah'. Oh gitu ya Nabi, kalo gitu profesi pengembala keren dong. Keren!," tiru Ustadz Hanan.
Ustadz Hanan Attaki, kembali menegaskan untuk mencari kesamaan dan menjaga perasaan agar membuat lawan bicara menjadi nyaman dan akrab, jangan sampai menyinggung orang lain.*** (Nia Nurahmania/JOB Training)