Kasus Covid-19 di Myanmar Makin Buruk, Ambulans Kewalahan Penuhi Permintaan Angkut Jenazah

8 Agustus 2021, 16:25 WIB
Ilustrasi corona.*/pixabay /pixabay

MAPAY BANDUNG - Ketidakmampuan banyak dokter untuk bekerja dengan aman, ditambah dengan kekurangan oksigen, obat-obatan, dan sistem rumah sakit yang berfungsi kurang baik, membuat gelombang ketiga Covid-19 di negara Myanmar semakin mematikan.

Bo Sein adalah salah satu anggota tim ambulans di Myanmar, dia tidak pernah berpikir kondisi buruk tersebut sebelum pandemi.

Umumnya ambulans Bo Sein membawa pasien yang masih dalam keadaan hidup saja.

Namun setelah gelombang ketiga Covid-19 melanda Myanmar, membuat semua orang yang mereka jemput sudah meninggal.

"Mayat-mayat itu berbaris siang dan malam. Beberapa orang harus menyimpan mayat di rumah mereka selama berhari-hari sampai mereka dapat menemukan mobil jenazah untuk membawa jenazah dalam keadaan yang lebih buruk,” kata Bo Sein, dikutip MapayBandung.com dari SkyNews, Minggu, 8 Agustus 2021.

Baca Juga: Pasien Sembuh dari Covid-19 di Jabar Terus Bertambah, Berikut Data Terkini Pikobar

Jam demi jam, Bo Sein dan timnya mengumpulkan jenazah orang yang terinfeksi.

Tidak ada jeda dalam seruan bantuan dari kerabat yang ketakutan dan patah hati di negara itu.

Bo Sein dan timnya yang terdiri dari sukarelawan yang berbasis di Yangon, mengakui tidak dapat memenuhi permintaan yang sangat banyak tersebut.

Antrean ambulans di krematorium juga sudah masuk dalam tanda krisis. Pasalnya selama berjam-jam mereka menunggu untuk membebaskan banyak orang yang berpulang.

Satu krematorium di Yangon telah melakukan sekitar 300 kremasi sehari, melonjak tajam dari biasanya 50 kremasi.

Baca Juga: Waspada Jika Anda Merasakan Tanda-Tanda Ini, Bisa Jadi Kena Santet

Inilah beberapa kenyataan pahit yang diakui Bo Sien di jalanan Myanmar.

"Mayat-mayat itu menumpuk. Beberapa bahkan membutuhkan satu atau dua hari untuk dikremasi. Ada perbedaan antara jumlah mayat dan jumlah kendaraan pemakaman,” jelasnya lagi.

Mereka yang putus asa sekarang menggantungkan bendera dari rumah mereka, memohon bantuan, bendera kuning untuk obat-obatan, dan bendera putih untuk makanan.

Seorang pemuda, yang tidak mau disebutkan namanya, menggantungkan kaus bola berwarna kuning dari balkonnya.

Dia memberi tahu bahwa ayahnya telah dites positif dan membutuhkan oksigen, tetapi begitu juga kerabat banyak orang, dan kini persediaan oksigen di sana telah menipis.

Baca Juga: Brisia Jodie Kecelakaan dan Dilarikan ke Rumah Sakit, Begini Kondisinya

Hasilnya penduduk mengantre dalam antrean panjang yang meliuk-liuk di jalan, karena orang yang dicintai menunggu oksigen yang mungkin dapat menyelamatkan jiwa mereka.

Dalam pandemi Covid-19 di Myanmar, Juli tahun ini adalah bulan sangat suram.

Ketika kasus melonjak, ribuan orang meninggal, angka pada akhir bulan menunjukkan lebih dari 60% dari total kematian akibat Covid-19 di negara itu telah meninggal pada bulan Juli.

Kudeta militer pada bulan Februari lalu dipercayai memicu penyerangan pada dokter yang akhirnya melukai sistem kesehatan secara fatal.

Ditambah lagi dengan varian Delta yang telah memperparah keadaan.*** (David Wardana/JOB Training)

Editor: Rian Firmansyah

Sumber: Sky News

Tags

Terkini

Terpopuler