Baca Juga: Pemkab Sumedang Bentuk Badan Pengelola Geopark Lembah Cisaar-Jatigede
Sejarah
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Rumah Sakit Dustira dipergunakan sebagai tempat perawatan tawanan tentara Belanda dan perawatan tentara Jepang.
Kemudian pada tahun 1945-1947, Rumah Sakit Dustira dikuasai kembali oleh NICA.
Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada tahun 1949,
Militare Hospital diserahkan oleh militer Belanda kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyerahan ini diwakili oleh Letkol Dokter Kornel Singawinata.
Sejak saat itu, namanya diganti menjadi Rumah Sakit Territorium III, dengan Letkol Dokter Kornel Singawinata sebagai Kepala Rumah Sakit yang pertama.
Tujuh tahun berselang, tepatnya pada tanggal 19 Mei 1956, Panglima Territorium III/Siliwangi, Kolonel Kawilarang, menetapkan nama rumah sakit ini dengan nama Rumah sakit Dustira.
Pengubahan nama ini dilakukan pada saat perayaan Hari Ulang Tahun Territorium III/Siliwangi yang ke-10.
Baca Juga: Ternyata Nama Cipaganti di Bandung Diambil dari Sini, Pasti Baru Tahu
Alasan penamaan
Penamaan Rumah Sakit Dustira dilakukan sebagai wujud penghargaan terhadap jasa-jasa Mayor dr. Dustira Prawiraamidjaya.