Baca Juga: Pantas Bojan Hodak Pilih Stefano Beltrame Ketimbang Levy Madinda, Ini Pertimbangannya
Salah satu hasil kreasi ecobricks mereka adalah bangku dari sampah botol, kertas, dan plastik.
Perlu sebanyak 16 sampah botol plastik untuk menghasilkan satu bangku dari bahan ini. Rika menuturkan, jumlah botol tersebut dihasilkan dari setiap kelas yang ada di SMPN 18 Bandung.
“Ada 16 kelas di sini, jadi dalam seminggu, anak-anak kami tugaskan untuk mengumpulkan sampah botol plastik dan sampah yang tidak bisa didaur ulang untuk diisi ke dalam botol plastik. Hasilnya ya satu ecobricks ini,” bebernya.
Sementara itu Pengajar Bimbingan Konseling/Ketua Tim Adhiwiyata SMPN 18 Bandung, Siti Hafsoh menyebut, peran guru dan sekolah adalah sebagai pengingat bagi siswa-siswi untuk menerapkan pengelolaan sampah secara mandiri.
Baca Juga: RESMI! Radja Nainggolan Gabung Bhayangkara FC
Harapannya, siswa-siswi SMPN 18 Bandung jadi terbiasa, dan dapat membawa kebiasaan ini hingga mereka lulus dan berbaur di lingkungan saat usianya dewasa kelak.
Menurutnya, proses membiasakan anak-anak dalam memperlakukan sampah tentu memiliki tantangan luar biasa. Namun ia optimis, jika terus diingatkan, lama-lama siswa-siswi akan terbiasa.