MAPAY BANDUNG - Satu per satu identitas badut jalanan di Kota Bandung mulai teridentifikasi. Hasilnya, 70 persen badut jalanan itu bukan warga Kota Bandung.
Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan (Dinsosnangkis) Kota Bandung mencatat, 70 persen badut jalanan teridentifikasi sebagai warga luar Kota Bandung. Hal ini menyebabkan situasi dilema bagi Dinsosnangkis Kota Bandung untuk melakukan penanganan.
Kepala Dinsosnangkis Kota Bandung Tono Rusdiantono mengatakan, mayoritas badut jalanan ternyata berasal dari Cirebon dan Tasikmalaya. Untuk itu, Dinsosnangkis Kota Bandung perlu berkoordinasi dengan Dinas Sosial dari wilayah asal para badut jalanan.
Baca Juga: Rekomendasi 7 HP Gaming Harga Rp1 Jutaan Terbaik di Tahun 2021
Baca Juga: Armada Pemadam Kebakaran di Kabupaten Bandung Belum Ideal, Harusnya 1 Mobil 1 Kecamatan
"Masalah pokoknya adalah mereka (badut jalanan) yang melakukan aktivitas di jalan itu 70 persen bukan warga kita. Setelah dicek datanya, mereka berstatus sebagai pendatang di Kota Bandung," jelas Tono saat ditemui awak media di Kota Bandung.
Dinyatakan Tono, badut jalanan termasuk dalam kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Oleh karena itu, Dinsosnangkis Kota Bandung punya kewajiban untuk melakukan penanganan hingga pembinaan kepada para badut jalanan agar tidak lagi meminta-minta uang di jalanan.
Baca Juga: Percepat Vaksinasi, Ridwan Kamil: Semua Ide Dikerahkan Demi Mengejar Kecepatan
Dari laporan yang diterima Dinsosnangkis Kota Bandung, kehadiran badut jalanan kerap dikeluhkan oleh warga Kota Bandung. Salah satu keluhan paling banyak muncul yakni terkait gangguan lalu lintas.