MAPAY BANDUNG - Kadar kolesterol yang tinggi di dalam tubuh memang dapat berdampak buruk bagi kesehatan tanpa terkecuali pada kulit.
Menurut dr. Ema Surya Pertiwi, kolesterol tinggi ternyata dapat menimbulkan gejala xanthoma yang disebabkan oleh akumulasi lemak dalam makrofag di kulit.
Xanthoma ini bisa jadi pertanda bagi seseorang yang sedang mengalami hiperkolesterolemia, atau kadar kolesterol yang terlalu tinggi pada tubuh.
Untuk mengetahui beberapa jenis xanthoma ini, akan dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Ema Surya Pertiwi yang merupakan seorang dokter dan healthy vlogger.
Menurut dr. Ema Surya Pertiwi, jenis penyakit xanthoma yang pertama adalah xanthelasma.
Biasanya gejala xanthelasma tersebut akan muncul di sekitar kelopak mata atas dan bawah.
"Benjolan yang terjadi akibat xanthelasma ini, perlahan-lahan akan membesar dalam waktu beberapa bulan, hingga nantinya benjolan berwarna orange," Jelaa dr. Ema Surya Pertiwi seperti yang dikutip MapayBandung.com dari video di kanal YouTube Emasuperr Minggu, 15 Mei 2022.
Baca Juga: 3 Jenis Makanan Ini Bisa Obati Asam Lambung Secara Alami Kata dr. Zaidul Akbar, Segera Coba
Berikutnya jenis kedua adalah palmar xanthoma yang gejalanya hampir sama dengan jenis sebelumnya, yaitu timbulnya benjolan.
Akan tetapi, benjolan pada jenis palmar xanthoma ini timbul di area sekitar telapak tangan yang diakibatkan karena penumpukan lemak.
Benjolan yang diakibatkan oleh palmar xanthoma tersebutbsedikit mirip dengan jerawat, namun yang membedakannya adalah tidak mengeluarkan cairan seperti jerawat.
Baca Juga: 6 Benda ini Adalah Penghalang Rezeki, Segera Buang Jika Ada di Dalam Rumah
Jenis yang ketiga adalah xanthoma tendon, yang menyebabkan nodul subkutan pada tendon achilles membesar secara perlahan.
Jenis terakhir dari penyakit xanthoma yakni ada xanthoma erupsi yang menimbulkan gejala berupa benjolan sekitar 2-5mm dengan tepi berwarna merah.
Benjolan akibat xanthoma erupsi tersebut biasanya timbul di area sekitar bokong, bahu, bahkan bisa sampe ke area tangan.
"Akumulasi xanthoma tersebut akan berhenti, apabila kadar kolesterol kembali stabil seperti semula," pungkas dr. Ema Surya Pertiwi.***