Mengenal Brain Fog yang Kerap Muncul pada Pasien Covid-19

- 13 April 2021, 19:37 WIB
Ilustrasi Pasien Covid-19
Ilustrasi Pasien Covid-19 /unsplash/mufid majnun/

MAPAY BANDUNG - Brain Fog adalah salah satu masalah kesehatan pada pasien Covid-19 yang paling persisten dan misterius.

Mendadak linglung dan sering lupa adalah gejala Brain Fog pada pasien aktif Covid-19 maupun penyintas Covid-19.

Kondisi Brain Fog ini dapat terjadi karena stress, terlebih di kondisi pandemi Covid-19 yang rawan menimbulkan kecemasan.

Baca Juga: Update Penanganan Virus Corona Indonesia Terbaru Hari Ini Selasa 13 April 2021, 6 Ribu Orang Dinyatakan Sembuh

Baca Juga: Tata Cara Berwudhu yang Benar Ketika Puasa Ramadhan

Seperti dikutip mapaybandung.com dari The Atlantic, penderita Brain Fog sering mengeluh soal pikirannya yang seolah terjebak dalam kabut dan mata melesat kemana-mana sehingga tidak fokus.

Masalah kognitif ini muncul dari kasus Covid-19 taraf ringan hingga sedang sehingga para peneliti kesulitan untuk mendefinisikannya. Untungnya, Brain Fog kini sudah memiliki solusi yang diriset oleh para ahli.

Sebuah studi yang baru saja diterbitkan yang dipimpin oleh Igor Koralnik, direktur Klinik Neuro Covid-19 di Rumah Sakit Memorial Northwestern Chicago, menganalisis 100 penderita Covid-19 yang datang ke klinik, baik secara langsung atau melalui kunjungan virtual.

Tidak ada yang pernah dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Namun 85 persen memiliki empat atau lebih keluhan neurologis, termasuk Brain Fog.

Baca Juga: Jadwal Semifinal Piala Menpora: Persib Bandung vs PS Sleman, Persija Jumpa Lagi PSM Makassar

Baca Juga: Innalillahi! Terjadi Kecelakaan Lalin di Jalan Rumah Sakit, Mobil Tabrak Sejumlah Motor dan Pembatas Jalan

Kondisi Brain Fog ini dinilai sebagai masalah fokus, mempertahankan ingatan jangka pendek, dan kesulitan untuk mengelola tugas-tugas kompleks.

Beberapa penderita Brain Fog lainnya bahkan tidak bisa lagi bekerja sama sekali.
Beberapa mulai membaik setelah beberapa minggu atau bulan, dan minoritas tetap sakit.

Ahli saraf kognitif, Tamara Fong, mengira mereka mirip pasien dengan sindrom pasca-gegar otak (PCS), yang beberapa ahli saraf berhipotesiskan sebagai hasil dari peradangan otak. Seperti pasien PCS, banyak anggota dari kelompok lama pasien Covid-19 mengalami kebingungan dan depresi. Mereka sering sakit kepala dan sulit tidur.

Sejauh ini, kata Fong, pengobatan paling efektif untuk Covid-19 jangka panjang mirip dengan pengobatan cedera otak fisik. Pengobatan tersebut yakni memulihkan jadwal tidur yang baik, membatasi tidur siang dan membatasi bermain gadget sebelum tidur.

Fong juga ingin pasiennya mengurangi stres: Karena olahraga berat pada awalnya cenderung terlalu membebani, dia merekomendasikan yoga, meditasi, atau tai chi.

Setelah pasien beristirahat dan belajar untuk rileks, dia membantu mereka memulihkan fungsi kognitif mereka melalui latihan yang stabil dan bertahap.***(Intan Riskina/Job Training)

Editor: Indra Kurniawan

Sumber: The Atlantic


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x