Masuk Pasar Gaib dan Diganggu Raja Gunung, Begini Cerita Horor Pendakian Gunung Rakutak Bandung

20 Oktober 2023, 13:30 WIB
Ilustrasi misteri pasar setan di gunung lawu /jplenio/Pixabay

MAPAY BANDUNG – Begini cerita horor pendakian Gunung Rakutak Kabupaten Bandung, yang pernah terjadi pada Tahun 2009 silam.

Kejadian mistis tersebut dialami seorang pendaki bernama Galih, yang mendaki Gunung Rakutak, Desa Sukarame, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 

Galih mengaku, dirinya pernah diganggu oleh 'Raja' penunggu Gunung Rakutak usai masuk Pasar Gaib.

Baca Juga: Jarang Disadari Banyak Orang, Ini 4 Tanda Saat Anda Memiliki Kemampuan Spiritual

Dilansir MapayBandung.com dari YouTube Gusti Gina, Jumat 20 Oktober 2023, berikut cerita Galih saat pendakian ke Gunung Rakutak Bandung selengkapnya.

Kisahnya dimulai saat Galih dan temannya yang ada di organisasi mapala, mengajaknya untuk naik Gunung Rakutak.

Ini adalah pengalaman pertama untuk Galih, tidak pernah membayangkan seperti apa nantinya disana.

Beberapa hari sebelum pendakian, Galih mempersiapkan perlengkapan pribadi saja. Untuk tenda dan perlengkapan lain sudah disiapkan temannya.

Berangkat hari Jumat, dari Jatinangor mereka naik angkot ke Majalaya. Sore harinya mereka tiba di titik awal pintu masuk pos pendakian.

Baca Juga: Cerita Horor di Bandung Medical Center, Ada Dokter Bunuh Diri Arwahnya Gentayangan Minta Tolong

Menjelang Magrib, mereka memutuskan untuk muncak. Demi mengejar pemandangan matahari terbit besok.

Walaupun ada rasa yang mengganjal saat Galih muncak menjelang magrib, mereka memulai perjalanan.

Langit sudah mulai gelap dan mendung, mereka bergegas untuk naik gunung. Suara jangkrik dan suasana malam terasa selama pendakian.

Setibanya di satu pos, mereka beremu dengan tiga orang yang sedang beristirahat.

“Mas, mau nanjak?. Bareng aja sama kita,” kata teman Galih.

Baca Juga: Ini 5 Benda yang Sering Digunakan Sebagai Santet, Segera Musnahkan Sekarang Juga!

Mereka tidak merespon dan hanya menundukan kepala. Karena penerangan seadanya dan kondisi gelap, Galih tidak bisa melihat wajah mereka.

Waktu semakin larut. Saat pendakian, Galih merasakan ada yang memegang kakinya. Kemudian Galih dan teman-temannya melihat banyak sosok wanita melihat mereka.

Menurut Galih apabila ‘melihat’ sesuatu saat mendaki gunung, jangan di ceritakan. Karena itu ‘pantangan’.

Menjelang jam dua belas malam, mereka tiba di Danau Ciharus. Mereka memutuskan untuk medirikan tenda disana. Saat mendirikan tenda, terdengar suara yang sangat ramai seperti di pasar.

“Eh di ujung banyak lampu, kayaknya banyak ada tenda juga disana. Kesana yuk siapa tau ada warung, ada yang jualan,” kata Galih kepada temannya.

Baca Juga: Karakter Orang yang Lahir Senin Menurut Primbon Sunda, Banyak Disukai tapi Keras Kepala, Kalau Hari Lain?

Temannya tidak berkata apapun. Karena lapar, Galih pergi kesana sorang diri. Tempat tersebut sangat ramai, banyak yang berjualan makanan seperti jagung bakar, bakso, dan makanan lainnya layaknya pasar malam.

Pedagang berinteraksi menggunakan Bahasa Sunda yang sangat halus dan mereka menggunakan pakaian zaman dahulu. Tidak ada yang memakai jaket di udara yang dingin ini.

Setelah makan, galih kembali ke tenda dan menceritakan pengalamannya di pasar tadi.

Semua temannya masih saja terdiam dan tidak memberikan respon apapun. Satu jam kemudian mereka semua beristirahat di tenda masing-masing.

Pagi harinya, Galih melihat ada tenda lain di sebelah mereka. Ada pendaki lain yang juga tiba di Danau Ciharus setelah mereka.

Baca Juga: Perkutut Jenis Ini Bisa Tolak Santet Tingkat Tinggi dan Datangkan Rezeki, Simak 7 Ciri Fisiknya

Setelah berkenalan mereka memutuskan untuk pergi ke puncak bersama-sama. Mengambil foto pemandangan, selfie, dan saling mengobrol sampai siang.

Setelah itu mereka turun gunung melalui rute yang sama melewati Danau Ciharus.

Galih ingat rute ini melewati pasar malam kemarin. Saat melewati tempat tersebut, ia heran karena tidak ada apapun disini.

Saat berjalan, Galih tidak sengaja menginjak batu. Saat diarahkan senternya, ia melihat makam tua tanpa nisan.

Galih tidak berbicara apapun dan kembali ke rombongannya untuk mendirikan tenda.

“Tolong, tolong , tolong,” teriak seseorang dari tenda sebelah.

Galih dah rekannya segera menghampiri mereka. Dilihatnya perempuan dengan pandangan yang menakutkan. Ia berbicara dengan keras kepada Galih dan rekan-rekannya.

“Budak ieu teh teu suci, ingkah siah tidieu. Aing raja didieu.”

Galih kebingungan melihat orang yang kesurupan di depannya, Ia sempat teringat doa-doa yang dipelajari jika diganggu jin atau mahluk halus. Ia membacakan doa tersebut. Lalu angin bertiup ke tenda mereka.

“Sampurasun,” kata kakek dengan pakaian serba putih menghampiri mereka.

“Rampes, kakek siapa?”

Kakek tidak menjawab dan lansung menghampiri perempuan yang sedang kesurupan.

“Maneh ulah ngaganggu budak ieu, nganganggu tempat ieu. Indit tidieu!”

Setelah ditegur, perempuan itu tidak sadarkan diri. Galih menoleh ke belakang untuk berterima kasih kepada kakek itu, namun Ia sudah menghilang.

Malam itu sangat mencekam, Galih dan rekannya tidak bisa tidur, mereka memutuskan untuk turun gunung setelah adzan Subuh.

Dengan berhati-hati mereka turun gunung, dan tiba di pintu masuk pendakian dengan selamat.

Galih bercerita kepada ranger yang bertugas saat itu. Menurutunya apa yang Galih lihat dan sapa selama perjalanan adalah para pendaki yang sudah lama tewas karena hipotermia.

Teman Galih menceritakan kalau ia melihat genderwo setinggi pohon. Dan wanita yang sama-sama mereka lihat di awal pendakian yang ternyata adalah kuntilanak.

Ranger itu berkata apabila sedang datang bulan, sebaiknya tidak melakukan pendakian.

Diakhir video, Galih berpesan agar tidak naik gunung menjelang Magrib dan jangan lupa untuk mengabarkan orang tua.***

Editor: Haidar Rais

Tags

Terkini

Terpopuler