Gegara Pipis Sembarangan, Pendaki di Gunung Cikuray Ini Diganggu Hantu Pembawa Golok, Serem...

2 Juni 2023, 20:15 WIB
Ilustrasi hutan Cikuray /pixabay /

MAPAY BANDUNG – Kisah horor kali ini dialami seorang pria bernama Kiki, saat mendaki Gunung Cikuray, Garut tahun 2020 lalu.

Dia mengaku diganggu hantu pembawa golok di Gunung Cikuray, dan sempat dibuat tersesat oleh makhluk menyeramkan itu.

Kisahnya diceritakan oleh konten kreator Gina melalui kanal YouTube Gusti Gina yang dikutip MapayBandung.com, Jumat 1 Juni 2023.

 

Awal tahun 2020 lalu, Kiki pergi ke Garut naik motor bersama temannya. Setelah dua jam perjalanan dari Bandung, tibalah mereka di kaki Gunung Cikuray.

Baca Juga: Wilujeng Sumping! Persib Umumkan Pemain Lokal Rp1,74 Miliar Ini Sudah Tiba di Bandung

Kiki bersama rombongan memilih jalur pendakian via Pemancar. Mereka menitipkan motornya ke rumah warga sambil mempersiapkan alat-alat pendakian.

Waktu berlalu sampai pukul 09.05 pagi, akhirnya Kiki sampai di pintu masuk pendakian untuk melakukan pendaftaran. Sebelum mendaki, tidak lupa dia berdoa dan meminta izin.

Cuaca saat itu sangat mendukung untuk mendaki, tapi Kiki merasakan kelelahan karena sehari sebelumnya tidak tidur sama sekali.

Pendakian pun dimulai. Pemandangan indah dan cuaca yang cerah mereka nikmati dan tak terasa sudah sampai di pos tiga pemancar.

Mereka memutuskan untuk istirahat di pos tiga, di luar dari rencana mereka yang seharusnya istirahat di pos enam yang masih cukup jauh.

Baca Juga: Pantas! Plh Wali Kota Bandung Perintahkan Kepala OPD Tinggalkan Kantor, Ternyata Ini Tujuannya

Di pos tiga inilah semuanya berawal. Saat itu Kiki ingin buang air kecil. Kemudian pergi ke semak-semak yang jauh dari jalur pendakian.

Ia sudah paham betul untuk berdoa dan permisi sebelum buang air. Setelah selesai, kemudian perjalanan dilanjutkan.

Kabut turun semakin tebal membuat kondisi fisik semakin menurun. Mereka saling memberi semangat satu sama lain.

Setelah itu sampailah di pos lima dan bertemu dengan para pendaki lain dari Subang. Mereka saling bertegur sapa dan mengobrol, tidak terasa adzan magrib telah berkumandang. Kiki melanjutkan perjalanan bersama pendaki lain sebelum hari semakin gelap.

Sekitar jam tujuh malam akhirnya tiba di pos enam. Mereka mendirikan tenda, dan langsung beristirahat.

Jam setengah dua dini hari, Kiki terbangun karena mendengar suara tenda yang dipukul-pukul dari luar. Dengan rasa takut, Kiki membuka tenda. Dilihatnya sosok bapak-bapak tinggi membawa golok sambil berteriak ke arahnya.

Baca Juga: CFD Dago Bandung: Kapan, Jadwal Pelaksanaan, Tata Tertib, hingga Lokasi Parkir Kendaraan

 

Bapak yang membawa golok itu seperti ditahan oleh seorang kakek berbaju putih di belakangnya.

Kiki sempat mendengar percakapan mereka dalam bahasa sunda.

“Ke sini kamu! Kenapa kamu buang air kecil di tempat saya?,” kata bapak dengan emosi yang meluap. “Sudah, anak itu baik, nggak tau apa-apa,” kata kakek menenangkan.

“Saya masih nggak terima, lagi diem dikencingin.”

“Kita itu nggak ‘terlihat’. Anak itu udah izin kok, saya sendiri lihat. Anak itu baik.”

“Tetap saja saya masih nggak enak, ini masih rumah saya. Sini kamu!,” kata bapak dengan nada yang kian meninnggi.

“Udah, awas kalau kamu berani ganggu anak itu.”

Cukup lama Kiki mendengar dan melihat kejadian itu, ia segera menutup tenda dan berusaha tidur dalam kondisi ketakutan.

Jam 04.00 dini hari, mereka semua terbangun dan bersiap untuk summit attack.

Singkat cerita, mereka sudah sampai di puncak. Mengambil foto dan menikmati pemandangan. Setelah selesai, mereka kembali ke tenda di pos enam, bersiap-siap untuk turun gunung.

Baca Juga: Heboh! Kosan di Coblong Dikirimi Santet, Banyak Kejadian Horor hingga Anak Pemilik Kos Sakit

Perjalanan turun dimulai, cuaca waktu itu cerah dan tidak ada gangguan sama sekali.

Tak sabar ingin pulang, Kiki akhirnya berpisah di pos empat dan melanjutkan perjalanannya sendirian.

Sesampainya di pos tiga, ia teringat kejadian tadi malam. Dan di sekitar pos tiga inilah, Ia sudah buang air.

Melewati pos tiga, Kiki kemudian melanjukan perjalanannya ke pos dua. Di pertengahan jalan, ia dihadapkan dengan persimpangan yang tidak ada di hari sebelumnya.

Karena ragu, Kiki memutuskan untuk menunggu semua temannya yang masih berada di atas. Setelah menanti selama satu jam, tidak ada seorang pun yang melewatinya untuk turun gunung ataupun naik gunung.

Pikiran sudah mulai tak karuan, Kiki yakin telah tersesat di Cikuray. Kiki hanya bisa menenangkan diri, berdoa, dan berharap ada yang menemukannya.

Tidak lama sesorang berbisik kepadanya.

“Ke kanan jang,” kata seorang pria yang tidak ada wujudnya.

Tanpa berpkir panjang, dia langsung mengambil jalan ke kanan. Setelah berjalan cukup lama, Kiki tiba di kaki gunung dan bertemu dengan teman-temannya.

Di tempat istirahat, teman-teman Kiki bercerita kalau sempat melihat Kiki berjalan ke arah pos dua.

Baca Juga: Darah Tinggi dan Asam Urat Langsung Sembuh Tanpa Obat, Rutin Minum Air Ini Kata dr Zaidul Akbar

 

Mereka memanggilnya, Kiki sempat menoleh ke arah belakang namun kemudian menghilang dengan cepat.

Kiki menjalaskan kalau saat itu tidak ada suara apapun dan tidak melihat siapapun selama perjalanan turun ke pos dua.

Setelah bercerita dan berbagi pengalaman mendaki kali ini, mereka pulang ke Bandung siang harinya.

Setibanya di Bandung, Kiki tidak bisa melupakan kejadian tersebut, bahkan sempat jatuh sakit beberapa hari.

Di hari kelima Kiki terbaring karena sakit, Ia mendapatkan mimpi dari kakek yang dilihatnya di pos enam pendakian Gunung Cikuray.

“Sekarang sudah aman jang,” kata kakek menenangkan Kiki.***

Ikuti berita MapayBandung.com lainnya di Google News.

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler