Tren Berbahaya 'Mix and Match' Vaksin Marak di Luar Negeri, WHO Akhirnya Beri Peringatan

13 Juli 2021, 10:40 WIB
Masyarakat bisa memeriksa faskes pemberi vaksin Covid-19 secara online /Pixabay/wir pixs

MAPAY BANDUNG - Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) menyarankan masyaraka untuk tidak menggabungkan atau mencocokan (mix and match) vaksin Covid-19 dari berbagai produsen.

Dia menyebutnya ini sebagai "tren berbahaya" karena hanya ada sedikit data yang tersedia pada dampak kesehatannya.

Mix and match vaksin ini maksudnya adalah mencampurkan regimen vaksinasi dari produsen yang berbeda, seperti vaksin Pfizer diikuti dengan suntikan AstraZeneca, atau sebaliknya.

"Ini sedikit tren yang berbahaya di sini. Kami berada di zona bebas data, bebas bukti sejauh mencampur dan mencocokkan," kata kepala ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan dikutip Mapay Bandung dari Reuters, Selasa, 13 Juli 2021.

Baca Juga: Hore! Insentif untuk Nakes Akhirnya Cair, Simak Rinciannya

Hal ini perlu diperhatikan karena selain memang belum ada bukti dan data kesehatan yang kuat dari mix and match vaksin, Swaminathan juga memperingatkan adanya kemungkinan situasi di suatu negara bisa kacau sebab warganya yang pilih-pilih jenis dan kapan waktu vaksin dilakukan.

"Situasi kacau di negara-negara jika warga mulai memutuskan kapan dan siapa mereka harus mengambil dosis kedua atau ketiga atau keempat," jelasnya.

Jelasnya masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai trend mix and match vaksin ini.

Sedangkan salah satu dari warga yang telah mencampur dan mencocokkan seorang yang berasal dari negara Kanada, yang menjadi berita utama setelah dia mengatakan di Twitter bahwa dia telah menggunakan dosis vaksin Pfizer pada bulan Juni setelah menerima J&J di April.

Baca Juga: Sinopsis Film Olympus Has Fallen: Perjuangan Seorang Mantan Paspampres Selamatkan Sang Presiden

Terlebih lagi dia juga menyarankan orang lain terutama mereka yang tinggal di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah untuk berbicara dengan dokter mereka tentang melakukan hal yang sama. Namun, perlu diingat lagi bahwa hal ini sangat tidak dianjurkan oleh WHO sendiri.

Berlanjut lagi jika ada beberapa warga yang mencoba trend mix and match vaksin, ada juga perusahaan vaksin seperti Pfizer, juga jangan mendorong regulator negara-negara kaya seperti AS dan Eropa untuk mengizinkan suntikan booster ketiga.

Sebaiknya hal tersebut janganlah dilakukan sebab ini juga sama halnya belum ada bukti medis yang menyebutkan bahwa suntikan ketiga diperlukan.

“harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan data bukan pada masing-masing perusahaan (vaksin),” katanya lagi.

Alih-alih menawarkan suntikan ketiga ke negara-negara kaya yang tinggi vaksinasinya, Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan perusahaan vaksin ini sebaiknya mengirimkan dosis vaksin tersebut ke WHO untuk diberikan kepada negara-negara miskin yang warganya sangat membutuhkan vaksin tersebut.*** (David Wardana Saputra/JOB)

Editor: Haidar Rais

Tags

Terkini

Terpopuler